MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
TENTANG
PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER
Disusun Oleh :
Nama : ROSITA
BUANA
N I M : ACC 110 061
Program Studi : Pendidikan Kimia
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PALANGKA RAYA
2011
KATA PERGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Tuhan yang maha esa
dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyusun makalah yang berjudul “pentingnya pendidikan karakter”
Tujuan pembuatan makalah ini hanyalah
untuk mengetahui betapa pentingnya
pendidikan bagi anak dan cara mengembangkan pikiran seorang anak.
Penulis kurang menguasai dalam hal
membahas tentang Pendidikan
Karakter pada anak ini, karena
penulis tidak terjun langsung kesasaran, tetapi
hanya mencari informasi lewat media.
Semoga usaha penulis dalam menyajikan
makalah ini bisa bermanfaat, kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun sangat diharapkan. Terimakasih.
Palangkaraya, ….
Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah..........................................................................................
2
1.3 Batasan
Masalah............................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pendidikan Karakter ........................................................ 3
2.2 Penerapan
Konsep Pendidikan Karakter
Dalam Pembelajaran Dikelas................................................................. 3
2.3 Nilai-nilai
Pembelajaran Berkarakter ............................................ 5
2.4 Bentuk-Bentuk Pembelajaran Terpadu
Yang
Bekarakter ........................................................................................... 5
2.5 Dasar
Penerapan Pendidikan Karakter Dimulai ....................... 7
2.6 Dampak
Dari Penerapan Pendidikan Berkarakter .................. 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
........................................................................................................ 12
3.2 Saran..................................................................................................................... 12
3.3 Daftar
Pustaka............................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Saat ini pendidikan karakter baik di sekolah maupun di
lingkungan rumah anak sangat kurang. Hal ini dapat sangat dirasakan dengan
semakin banyaknya pejabat yang melakukan korupsi, para siswa dan mahasiswa yang
selalu menyontek saat ujian, pelanggaran peraturan saat berlalu lintas dan
lain-lain. Kondisi ini di perparah lagi ketika para pendidik seperti guru
maupun dosen yang mengijinkan contek-menyontek berlangsung serta lemahnya hukum
di negara kita.
Pendidikan karakter sebaiknya di tanamkan dalam diri
anak pada usia dini. Karena sesuatu yang sudah di biasakan mulai dari kecil,
akan menjadi penentu sikap anak kelak supaya tidak ikut-ikutan gaya atau
tindakan yang berbau negatif dan memiliki sifat kejujuran serta budi pekerti
yang luhur.
UU 20 2003
tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan Nasional Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Berangkat dari hal tersebut diatas, secara
formal upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan
kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda
bangsa memiliki landasan yuridis yang kuat. Namun, sinyal tersebut baru
disadari ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan masyarakat.
Tidak terkecuali juga pada anak-anak usia sekolah. Untuk mencegah lebih
parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut mulai dirintis melalui pendidikan
karakter bangsa. Dalam pemberian pendidikan karakter bangsa di sekolah, para
pakar berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga pendapat yang berkembang. Pertama,
bahwa pendidikan karakter bangsa diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata
pelajaran. Pendapat kedua, pendidikan karakter bangsa diberikan secara
terintegrasi dalam mata pelajaran PKn, pendidikan agama, dan mata pelajaran lain yang relevan.
Pendapat ketiga, pendidikan karakter bangsa terintegrasi ke dalam semua mata
pelajaran.
Menyikapi
hal tersebut diatas, penulis lebih memilih pada pendapat yang ketiga. Untuk itu
dalam makalah ini penulis mengambil judul "pentingnya
pendidikan karakter ".
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang
dimaksud dengan pendidikan berkarater?
2. Bagaimana
penerapan konsep pendidikan karakter dalam pembelajaran dikelas?
3. Apa saja nilai-nilai
pembelajaran pendidikan berkarakter?
4. Bentuk-Bentuk
Pembelajaran Terpadu Yang Bekarakter
5. Dimanakah seharusnya
dasar penerapan pendidikan berkarakter di mulai?
6. Apa dampak yang
dapat dari penerapkan pembelajaran berkrakter?
1.3.
BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah dari makalah pendidikan berkarakter
yang berjudul “pentingnya pendidikan karakter adalah pengertian pembelajaran
berkarakter, penerapannya dan hasil yang dapat di peroleh dari penerapan
pembelajaran berkarakter.
BAB II
ISI
2.1.
Pengertian Pendidikan
Karakter
Pendidikan Karakter
merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME),
diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
insan kamil.
Dalam pendidikan karakter di
sekolah, semua komponen (stakeholders)
harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas
atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan
ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Terlepas dari berbagai
kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar
nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan
implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMP
sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam
materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di
sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau
nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam
kehidupan sehari-hari.
2.2.
Penerapan
Konsep Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Dikelas
Secara akademik, pendidikan karakter
dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerrti, pendidikan moral,
pendidikan watak, yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia, diyakini bahwa nilai dan karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional, harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi tantangan hidup pada saat ini dan di masa mendatang.
Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia, diyakini bahwa nilai dan karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional, harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi tantangan hidup pada saat ini dan di masa mendatang.
Secara mikro pengembangan
nilai/karakter dapat dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar
di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk budaya sekolah (school culture);
kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstra kurikuler, serta kegiatan keseharian di
rumah, dan dalam masyarakat.
Dalam kegiatan belajar-mengajar di
kelas pengembangan nilai/karakter dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
terintegrasi dalam semua mata pelajaran (embeded approach).
Pembelajaran Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa menggunakan pendekatan proses belajar peserta didik belajar aktif dan berpusat pada anak, dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat .
Pembelajaran Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa menggunakan pendekatan proses belajar peserta didik belajar aktif dan berpusat pada anak, dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat .
Di Kelas dilaksanakan melalui proses
belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang khusus. Setiap
kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Oleh karena itu tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus
untuk mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Meski pun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu seperti kerja
keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah
air, dan gemar membaca dapat dikembangkan melalui kegiatan belajar yang biasa
dilakukan guru. Untuk pegembangan beberapa nilai lain seperti peduli sosial,
peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya pengkondisian
sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang
menunjukkan nilai tersebut.
Contoh dalam tujuan pembelajaran
dikelas, siswa dapat :
-
Memperbesar
dan memperkecil peta dengan bantuan garis-garis koordinat bersama-sama dengan
teliti/ cermat.
-
Menjelaskan
pemanfaatan peta dengan penuh percaya diri.
2.3.
Nilai-nilai
Pembelajaran Berkarakter
Jenis-jenis nilai karakter yang dapat ditanamkan kepada peserta didik di
kelas yaitu :
Nilai
Karakter dalam Hubunganya dengan Diri
Sendiri:
- Jujur
- Bertanggung jawab
- Hidup sehat
- Disiplin
- Kerja Keras
- Percaya Diri
- Berjiwa Wira usaha
- Berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif
- Mandiri
- Ingin tahu
-Cinta Ilmu
- Jujur
- Bertanggung jawab
- Hidup sehat
- Disiplin
- Kerja Keras
- Percaya Diri
- Berjiwa Wira usaha
- Berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif
- Mandiri
- Ingin tahu
-Cinta Ilmu
Nilai
Karakter dalam Hubunganya dengan Sesama:
- Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
- Patuh pada aturan-aturan sosial
- Menghargai karya dan prestasi orang lain
- Santun
- Demokratis
- Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
- Patuh pada aturan-aturan sosial
- Menghargai karya dan prestasi orang lain
- Santun
- Demokratis
Nilai karakter dalam
hubungannya dengan Kebangsaan:
- Nasionalis
- Menghargai Keberagaman
- Nasionalis
- Menghargai Keberagaman
Nilai
Karakter dalam Hubungannya dengan Lingkungan:
- Peduli Sosial dan Lingkungan
- Peduli Sosial dan Lingkungan
Nilai
Karakter dalam Hubunganya dengan Tuhan:
- Religius
-taqwa
- Religius
-taqwa
2.4.
Bentuk-Bentuk
Pembelajaran Terpadu Yang Bekarakter
Menurut Cohen dalam Degeng (1989),
terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan
pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum
terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan
pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan
menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas
bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai
bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa
perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk
mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka.
Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang
terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu
atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core/center of interst).
Lebih lanjut, model-model pembelajaran
inovatif dan terpadu yang mungkin dapat diadaptasi, seperti yang ditulis oleh Trianto, 2009, dalam bukunya yang
berjudul Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik adalah sebagai berikut.
(1) Fragmentasi
Dalam model ini, suatu disiplin yang
berbeda dan terpisah dikembangkan merupakan suatu kawasan dari suatu mata
pelajaran
(2) Koneksi
Dalam model ini, dalam setiap topik ke
topik, tema ke tema, atau konsep ke konsep isi mata pelajaran dihubungkan
secara tegas
(3) Sarang
Dalam model ini, guru mentargetkan
variasi keterampilan (sosial, berpikir, dan keterampilan khusus) dari setiap
mata pelajaran.
(4) Rangkaian/Urutan
Dalam model ini, topik atau unit
pembelajaran disusun dan diurutkan selaras dengan yang lain. Ide yang sama
diberikan dalam kegiatan yang sama sambil mengingatkan konsep-konsep yang
berbeda.
(5) Patungan
Dalam model ini, perencanaan dan
pembelajaran menyatu dalam dua disiplin yang konsep/gagasannya muncul saling
mengisi sebagai suatu sistem.
(6) Jala-jala
Dalam model ini, tema/topik yang
bercabang ditautkan ke dalam kurikulum. Dengan menggunakan tema itu,
pembelajaran mencari konsep/gagasan yang tepat.
(7) Untaian Simpul
Dalam model ini, pendekatan
metakurikuler menjalin keterampilan berpikir, sosial, intelegensi, teknik, dan
keterampilan belajar melalui variasi disiplin.
(8) Integrasi
Dalam model ini, pendekatan
interdisipliner memasangkan antar mata pelajaran untuk saling mengisi dalam
topik dan konsep dengan beberapa tim guru dalam model integrasi riil.
(9) Peleburan
Dalam model ini, suatu disiplin
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keahliannya, para pebelajar menjaring
semua isi melalui keahlian dan meramu ke dalam pengalamannya.
(10) Jaringan
Dalam model ini, pebelajar menjaring
semua pembelajaran melalui pandangan keahliannya dan membuat jaringan hubungan
internal mengarah ke jaringan eksternal dari keahliannya yang berkaitan dengan
lapangan
2.5.
Dasar Penerapan
Pendidikan Karakter Dimulai
Pendidikan karakter yang dicanangkan Kementrian
Pendidikan Nasional (Kemendiknas) akan diterapkan pada semua jenjang
pendidikan, namun porsinya akan lebih besar diberikan pada Sekolah Dasar (SD).
Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh, di
Medan, Sabtu, mengatakan, pendidikan karakter harus dimulai sejak dini yakni
dari jenjang pendidikan SD.
Pada jenjang SD ini porsinya mencapai 60 persen
dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya.Hal ini agar lebih mudah
diajarkan dan melekat dijiwa anak-anak itu hingga kelak ia dewasa.
"Pendidikan karakter harus dimulai dari SD karena
jika karakter tidak terbentuk sejak dini maka akan susah untuk merubah karakter
seseorang,"katanya saat menjadi pembicara pada acara seminar nasional
"Pendidikan Karakter Bangsa" yang merupakan rangkaian acara rapat
pimpinan Program Pasca Sarjana (PPs) Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(LPTK) se-Indonesia di Universitas Negeri Medan (Unimed).
Ia mengatakan, pendidikan karakter tidak mendapatkan
porsi yang besar pada tingkat Taman Kanak-kanak (TK) atau sejenisnya karena TK
bukan merupakan sekolah tetapi taman bermain.
"TK itu taman bermain untuk merangsang kreativitas
anak, bukan tempat belajar. Jadi jika ada guru TK yang memberikan tugas atau PR
maka itu guru kurang kerjaan dan tak paham tugasnya," katanya.
Menurut dia, dalam menanamkan karakter pada seseorang
yang paling penting adalah kejujuran karena kejujuran bersifat universal.
Dalam hal ini siswa SD yang masih belum terkontaminasi dengan sifat yang kurang baik sangat memungkinkan untuk ditanamkan sifat-sifat atau karakter untuk membangun bangsa.
Dalam hal ini siswa SD yang masih belum terkontaminasi dengan sifat yang kurang baik sangat memungkinkan untuk ditanamkan sifat-sifat atau karakter untuk membangun bangsa.
Untuk itu, selain orang tua, guru SD juga mempunyai
peranan yang sangat vital untuk menempah karakter siswa.
"Pembinaan karakter yang termudah dilakukan adalah
ketika anak-anak masih duduk di bangku SD. Itulah sebabnya kita memprioritaskan
pendidikan karakter di tingkat SD. Bukan berarti pada jenjang pendidikan
lainnya tidak mendapat perhatian namun porsinya saja yang berbeda,"
katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dunia pendidikan diharapkan
sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi pembangunan karakter, sehingga
anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang
harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan norma-norma di masyarakat
yang telah menjadi kesepakatan bersama.
Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi
suatu keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi
cerdas, juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun sehingga keberadaannya
sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun orang
lain.
"Intinya pembinaan karakter harus dilakukan pada
semua tingkat pendidikan hingga Perguruan Tinggi (PT) karena PT harus mampu
berperan sebagai mesin informasi yang membawa bangsa ini menjadi bangsa yang
cerdas, santun, sejahtera dan bermartabat serta mampu bersaing dengan bangsa
manapun," katanya.
Pada kesempatan itu, Mendiknas Muhammad Nuh juga diberikan sebuah buku yang
berjudul" Pendidikan Karakter Dalam Pembangunan Bangsa" setebal 200
halaman yang di susun oleh pimpinan atau direktur PPs LPTK se-Indonesia sebagai
salah satu hasil rapim PPs LPTK se-Indonesia tahun lalu.
2.6.
Dampak Dari
Penerapan Pendidikan Berkarakter
Saat
ini mulai marak dibicarakan mengenai pendidikan karakter. Tetapi yang masih
umum diterapkan mengenai pendidikan karakter ini masih pada taraf jenjang
pendidikan pra sekolah (taman bermain dan taman kanak-kanak). sementara pada
jenjang sekolah dasar dan seterusnya masih sangat-sangat jarang sekali.
kurikulum pendidikan di Indonesia masih belum menyentuh aspek karakter ini,
meskipun ada pelajaran pancasila, kewarganegaraan dan semisalnya, tapi itu
masih sebatas teori dan tidak dalam tataran aplikatif. Padahal jika Indonesia
ingin memperbaiki mutu SDM dan segera bangkit dari ketinggalannya, maka
indonesia harus merombak istem pendidikan yang ada saat ini.
Mungkin
banyak yang bertanya-tanya sebenarnya apa sih dampak pendidikan karakter
terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penelitian bermunculan untuk menjawab
pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini
diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh
Character Education Partnership. Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil
studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan
peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada
sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara
komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukan penurunan drastis
pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.
Pendidikan
karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut
Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan
efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan
berkelanjutan.
Dengan
pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan
emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan,
karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam
tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Sebuah
buku yang baru terbit berjudul Emotional Intelligence and School Success
(Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang
pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah.
Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di
sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada
kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan
bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan
kemampuan berkomunikasi.
Hal
ini sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di
masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20
persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah
dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak
dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat
sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia
dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi
tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja
seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan
sebagainya.
Pendidikan
karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter
adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapatkan pendidikan karakter
yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya.
Namun banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang
pendidikan karakter.
Selain
itu Daniel Goleman juga mengatakan bahwa banyak orang tua yang gagal dalam
mendidik karakter anak-anaknya entah karena kesibukan atau karena lebih
mementingkan aspek kognitif anak. Namun ini semua dapat dikoreksi dengan
memberikan pendidikan karakter di sekolah. Namun masalahnya, kebijakan
pendidikan di Indonesia juga lebih mementingkan aspek kecerdasan otak, dan
hanya baru-baru ini saja pentingnya pendidikan budi pekerti menjadi bahan
pembicaraan ramai. Ada yang mengatakan bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia
dibuat hanya cocok untuk diberikan pada 10-20 persen otak-otak terbaik. Artinya
sebagian besar anak sekolah (80-90 persen) tidak dapat mengikuti kurikulum
pelajaran di sekolah. Akibatnya sejak usia dini, sebagian besar anak-anak akan
merasa “bodoh” karena kesulitan menyesuaikan dengan kurikulum yang ada.
Ditambah lagi dengan adanya sistem ranking yang telah “memvonis” anak-anak yang
tidak masuk “10 besar”, sebagai anak yang kurang pandai. Sistem seperti ini
tentunya berpengaruh negatif terhadap usaha membangun karakter, dimana sejak
dini anak-anak justru sudah “dibunuh” rasa percaya dirinya. Rasa tidak mampu
yang berkepanjangan yang akan membentuk pribadi yang tidak percaya diri, akan
menimbulkan stress berkepanjangan. Pada usia remaja biasanya keadaan ini akan
mendorong remaja berperilaku negatif. Maka, tidak heran kalau kita lihat
perilaku remaja kita yang senang tawuran, terlibat kriminalitas, putus sekolah,
dan menurunnya mutu lulusan SMP dan SMU.
Jadi,
pendidikan karakter atau budi pekerti plus adalah suatu yang urgent untuk
dilakukan. Kalau kita peduli untuk meningkatkan mutu lulusan SD, SMP dan SMU,
maka tanpa pendidikan karakter adalah usaha yang sia-sia. Kami ingin mengutip
kata-kata bijak dari pemikir besar dunia.
Mahatma
Gandhi memperingatkan tentang salah satu tujuh dosa fatal, yaitu “education
without character”(pendidikan
tanpa karakter).
Dr.
Martin Luther King juga pernah berkata: “Intelligence plus character….that is
the goal of true education” (Kecerdasan
plus karakter….itu adalah tujuan akhir dari pendidikan sebenarnya).
Juga
Theodore Roosevelt yang mengatakan: “To educate a person in mind and not in
morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan
aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)..
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Pendidikan
karakter sangat penting diterapkan demi mengembalikan karakter bangsa Indonesia
yang sudah mulai luntur. Dengan dilaksanakannya pendidikan karakter di sekolah
dasar, diharapkan dapat menjadi solusi atas masalah-masalah sosial yang terjadi
di masyarakat. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dapat dilaksanakan
pada ranah pembelajaran (kegiatan pembelajaran), pengembangan budaya sekolah
dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan
ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat.
3.2
SARAN
Sebaiknya para orang tua, para pendidik dan pemerintah
lebih menerapkan pendidikan karakter kepada para anak atau anak didiknya agar
mereka menjadi generasi yang mempunyai akhlak yang baik,baik di lingkungan
masyarakat maupun keagamaan.
3.3
DAFTAR PUSTAKA
http://infobuatkita.wordpress.com/pendidikan-4/upaya-mendisiplinkan-siswa-melalui-pendidikan-karakter/
makasih mbak....
BalasHapustugas q terbantu banget